January 31, 2011

Memegang Janji Si Hina.

Sepanjang usia ini bertitih meningkat menurut aturan yang maha kuasa,
dari sekecil kecil asal jadian,sehingga sebesar besar jadinya,
belum ada hilaian yang hiba rakyatku kepinginkan,
akan matinya pikiran pada mandulnya fikrah sesama,

Titik titik hitam lipatan sejarah ini seakan tidak pernah cukup dan usai,
dari yang warnanya,dari yang percayanya,dari yang akarnya,
memberi erti serik secukupnya bagi yang merana diri,
dan angkuh rela memutar kembali sejarah celakanya,

Pendokong pendokong pada binasa ini rela bertitah tipu,
sepanjang hidupnya tiada maksud marhaen pada jiwa,
melacur janji bagai tiada diri dihisab kelak atasmu,
dari awal permulaan hingga tamatnya akhir bakti sanjung,

Dan yang menyanjung mu ini nasib nasib malang menimpa,
yang sengaja para pendokong bina melalui masa dan ruang,
tanpa sedar mereka dibekukan jiwa oleh kedinginan akali,
tanpa sedar mereka dilebur oleh kepanasan menyeksa diri,

Atas sebab apa wahai para pendokong mengejar talak kuasa,
kau seronok di atas sana menyusun urusan catur sengketa,
agar marhaen laksana galak bergolok gadai menurut kata,
menyimpang jauh dari tabii kemanusiaan azali yang asal,

Hingga kita lupa asalnya kita hamba yang jelek kotor,
datang membersih diri menuntut janji membawa saksama semesta,
rentas segala pastinya kemuliaan kan berputik kembang,
sehingga kita sendiri merela akan kuncupnya jiwa,

Sebagaimana jiwa jiwa besar tuntas selakan helaian zaman,
bersilih ganti mukjizat berlaku kebesaran dikagumi alam,
bagaimana mungkin kau terperosok hina sebelum mula tarungan,
yang ia kininya lincah petah bersilat dengan ilmu segala jadi,

Jangan kau redha menanggung segunung janji seorang hamba hina,
selagi yang berkata benar menjadi seteru bagi orangmu tunduk,
atas nama apa sekalipun wahai manusia bermazhab penyerahan,
yang akhirnya menentu bukannya manusiawan,

Baik yang terkumat kamit kononnya membawa kebenaran,
baik yang tertancak angkuh menjunjung ketuanan lapuk orde lama,
baik si pelahap kuasa atas nama busuk segala dogma ideologi,
baik si tua yang berkerusi empuk menghempap catuan asasi,

Dan benarlah yang pengejaran dalam setiap sejarah besar,
Yang datangnya berbagai rupa penuh kehodohan cita,
akhirnya hanya yang benar menyinar terang benderang,
membuka pekung kegelapan mencetus pengdobrakan zaman,

Dengan panasnya matahari memanas arang hitam prinsip,
membakar segala jadi revolusi kental pada setiap diri,
dan angkuhlah engkau hari ini wahai pertiwi sendiri,
kerna akhirnya segala mimpi kan jadi realiti!




No comments:

Post a Comment