July 29, 2011

Di Tanah Ini.

i.

di tanah ini,
ada kejam berkumandang nyaring semboyan aparat,
sampai ke masing masing rakyat telinganya,
tuhan mendengar keluhan yang tidak bisa diampun,
Totalitarian, Fasisme mengdobrak apa itu erti insani berjiwa hamba,
dan jalan ditelesuri berkelikir duri direnteti,
ada sosok tubuh (yang bila luka bisa sembuh) dan,
ada akali sadur tabula rasa ( yang bila fikrah bisa mengutuh),
dikerah berserah tumpas,tumpas pada puncak goyah kuasawan,
tapi pada jiwa, baru bermula reti pembebasan.

ii.

di tanah ini,
ada hanyir darah ajenda Zaman Kosong,
edannya tadbir jajaran penguasa,
rakyat menjadi alas makna mehnah,
menyaksi kejam menjadi ilham,
menyaksi korupsi menjadi isi,
menyaksi tindas menjadi asas,
menyaksi gawat menjadi berkat,
hingga usai bau hanyir darah itu,
tapi pada jiwa,baru bermula reti pembebasan.

iii.

di tanah ini,
ukirnya lembar sejarah keras pastinya membumi,
mengakar pengajaran pada jiwa dan fikrah insani,
bahwa, sekali melata kejam bersinar jalurnya pada atas nama apa sekalipun,
lawan tembungnya adalah firasat kebenaran,
di mana darah marhaen menyimbah, hina diangkat sembah,
di mana angkuh kuasa berkata, harus dipandang nesta,
di mana sekali kejam didendang, setiap fikrah harus melawan,
tapi pada jiwa, baru bermula reti pembebasan.

iv.

di tanah ini,
di mana ada temu berjejak ingatan kejam,
pelan pelan, bila ada temu benar,
bersulam penggerak kerah, berdaya fikrah tamadun,
ada sinarnya untuk menjarah hak semua bangsa manusiawi,
bersyukur teduhnya atas nama wijawa membebas jiwa sendiri!


* catatan ini dijadi dalam seminggu yang menggila di Kampuchea, saatnya di mana,
pembunuhan di Norway oleh fasis rasis kanan hasil dari rehabilitisasi minda songsang jiwa,
simpatisan diri ini pada tahanan di bawah Ordinan Darurat kejam oleh aparat rejim negara,
pesan untuk diri ini, dalam apa jua celaka dunia yang berlaku, ada cahya di hujungnya,
untuk kita yang percaya pada liberasasi hak asasi pada mana mana jalur untuk bergerak jujur.

No comments:

Post a Comment